PEREMPUAN DI LANGIT PUASA

05.41




ian
Aku: "Senang, bisa melihatmu dengan kerudung putih itu!" Ramadhan telah tiba, Aku masih di negeri orang. Tak seperti lembar semula aktivitas menyambut bulan puasa ini. Kini hidangan pertama segera disiapkan.  Aku dan teman-teman kos berbelanja di tetangga sebelah, membeli kue harian puasa buatan bibi Ross, biasa kami memanggilnya. Palita, Dalampa, dan sedikit es-buah untuk mendinginkan tenggorokan yang sehari penuh menjadi kering dan panas. Doa berbuka puasa sudah terdengar di corong Mesjid, kami pun segera berbuka dengan hati penuh gembira. 

Setelah itu, diiringi shalat magrhrib. Setelah usai shalat maghrib, Aku kembali ke kosan memenuhi hajatan makanan yang disiapkan kak Biba. Kennyang dan nikmat setelah kulahap. Sudah itu, sering Aku mendengar cerita dari para senior-ku dikampus, tentang nasib Mahasiswa pada waktu ramadhan saat tak sempat Pulkam, alias pulang-kampung. 

kini aku mengalaminya. Rasanya begitu merindu suasana kampungku. Disana, Ibu dan Ayahku pasti telah memberes-bereskan rumah. Tentu Ibuku akan menyuruh Ayah memindahkan meja makan ke tempat lain, begitu juga lemari di kamar, rak piring, pot bunga di teras rumah, karena Ibu tak mau kalah dengan tetangga lainya. Warna cat rumah juga sudah diganti, dari putih beralih warna ping. 

Kupikir, Ayah agak lebay memilih warna itu. Kayu bakar juga akan bertumpuk di belakang rumah. Tapi semua itu terasa ganjil tanpa campurtanganku. "Yah...! Begitulah" resahku. Untuk mengingatkanku suasana dikampung, Aku sengaja membawa sejadah yang sering kupakai saat shalat terawih dikampung, untuk menemani terawihku disini. Aku kembali berlangkah ke mesjid dengan perut yang diisi full. 

Aku melewati sebuah lorong setapak saat menuju mesjid. Karena lebih awal berjalan ke mesjid, lorong ini tampak sepih. Tapi ada seseorang yang mendahuluiku, dengan memakai mutna putih, langkahnya pelan, sendal jepit yang dipakainya juga bersih, pasti baru disikat saat mandi. Aku tidak berniat mendahuluinya, dia juga tidak pernah melirik ke belakang. Kuperhatikan! Mengikutinya, ada saat rentakan kaki kami menjadi sama saat sendal mengikis setapak, perlahan tapi pasti, akhirnya tiba di messjid. Aku tak mengenalnya, karena tidak ada pertarungan tatapan diantara kami. Shalat terawih dimulai dan berakhir setelah imam melafalkan surah terakhir. 

Segera ku-kurung niat puasa saat kuletakkan jidatku di atas gambar mesjid di sejadah. Aku kembali pulang, dan pulangku belakangan, tentu juga sepih. Tapi ada lagi seseorang mendahuluiku, si mutna putih, iya dia lagi. Aku masih menghafal gerakan tubuhnya yang sudah terekam dalam ingatanku. Tapi kali ini aku berniat berani mendahuluinya. Setelah hampir melewati tubuhnya, Aku mencium bauh minyak kasturi 'love sara', wanita ini tampak harum. Dan segera kulewati dia. Seperti tak menghiraukan apa-apa, cuek, dan nggak PD, alias percaya diri. 

Sebuah dugaanku memvonis, berharap Si Mutna putih itu bisa menegurku, apapun itu, asalkan ada tanda Ia juga penasaran padaku. Tiba-Tiba suara; "HM...." Bukan, itu bukan suara batuk, suara itu sering kutulis jika mengirim pesan kepada seorang wanita, dan tentunya suara itu bermaksud. Tapi ini adalah awal, sehingga masih sulit diterjemahkan. Sekitar tiga meter Aku mendahuluinya tiba-tiba; "HM...." Dua kali sudah kudengar. Langkahku mulai pelan. "Rian...!" Apa? Dia memanggil namaku. Sialan! Siapa dia. Langsung ku-balik kehadapannya. Aku berhenti. Dia tersenyum sinis melihat ke-anehanku. Tapi aneh, Aku belum pernah melihatnya, apalagi mengenalnya, kenapa dia bisa tahu namaku? "KAMU RIAN KAN?" Senyumnya hebat, luar biasa, hingga tak mampuh kugambarkan lewat tulisan ini. Bola matanya bersih, beralis tipis. 

Kubayangkan; kulit wajahnya lembut, jika saja ada kotoran yang mengenai lesum pipinya, pasti takan berani menempel dan membekas. Itulah dia.! "IA AKU RIAN" Aku merespon obrolannya. "KAMU PASTI BINGUNG, KENAPA AKU BISA MENGENALMU" "IYA" Aku hanya menganga, diam, kekuatan wajahnya masih menghipnotisku. Aku mulai percaya diri, kutanya dia. "DARI MANA KAMU TAHU NAMAKU?" "AKU ROSITA, KITA TEMANAN DI FACEBOOK" "OH....GITU, ya.." (BAGITUE....yes.. yes....!) Bisik-ku dihati. "AKU SERING MEMBACA STATUSMU DI FB. MENARIK, LUGAS, DAN SIMPEL. TAPI AKU PENASARAN, TULISAN 'perempuan di awal puasa' DI STATUSMU ITU MAKSUDNYA APA SIH?" "OH... ITU, YA... AKU HANYA MENULIS ITU, TIBA-TIBA ADA DALAM PIKIRANKU DAN KUTULIS, ITU SAJA" (ada de...!) Igauanku dalam hati. "GITU YA, KALU GITU AKU DULUAN YA..." "IYA, HATI-HATI...!" Rosita kemudian berjalan pulang. Aku terus menatapnya. Dan akhirnya ada satu tanda yang bisa kuterjemahkan. Dia berpaling lagi melirikku ke belakang. 

Aku mengingat kata-kata paman Mo, "wanita kalau sudah berjalan dan menengok lagi kehadapan kita, itulah benih-benih cinta mulai tumbuh" Aku sedikit percaya, dan akan kupertanyakan!
***
 Esok telah tiba setelah menelan satu potongan dada ayam semalam, sahurku. Jam 10 tepat aku bangun. Tapi dari sekian banyak aktivitas semalam, ingatanku di prioritaskan pada si Mutna Putih, Rosita. Masih tertinggal baunya disini, di dadaku. Selesai mandi aku harus pergi ke kampus, memenuhi hajatan mata kuliah yang di ulur hingga puasa ini. Para mahasiswa baru sibuk mendaftarkan diri. Senang! Saat aku beristirahat di tempat duduk dekat kantin, Aku melihat Rosita dan teman-temannya sembari jalan dan ingin pulang. 

Dengan berani Aku langsung menegurnya; "SITA...!" Dia melihatku, cepat sekali respon matanya mendengar suaraku. Langsung dia duduk di dekat tas sampingku. "HEI RIAN!" "IYA SITA, MAU PULANG?" "IYA, TAPI MAU SINGGA," "DIMANA?" "DI SAMPINGMU" Mutna putih semalam, berubah merah merona kerudungnya kini. "H...M..." (Batuk yang sengaja kutampilkan) "RIAN?" "APA?" "AKU, AKU INGIN OBROLAN KITA MERDU SEPERTI PUISI-PUISIMU DI FACEBOOK, SAAT INI .!" Rupanya dia begitu menghayati kata-kataku di fb. "KALAU GITU, KAMU YANG BERMULA.!" Maka obrolan dimulai, Aku dan Rosita ibarat ber-adegan di latar tempat duduk ini. Dengan penontonnya kami, sutradaranya, aktor, dan film diluncurkan! "Di bulan sunyi dosa dan setan ini, Aku melihat ada noda di matamu, noda itu menggangguku, mencuriku, menjangkau segalah hasrat yang ingin kau lepaskan untukku" Kukira 'Maria Dermout' pendongeng zaman belanda sudah tiada, ternyata Rosita menjelmanya. 

Aku pun memulai, membalas suara yang mengalir ini. "Suara sendal jepit dan matamu dibanjiri tanda tanya, aku bingung menentukan arah tanya itu, tapi satu! Satu keadaan, adalah hati yang berbicara dan membuatmu menengok lagi ke belakang" "I LOVE YOU RIAN...!" Benarkah? Rosita mendagangkan perasaanya padaku? Baiklah, keadaan ini aku tidak akan panjang lebar bahagianya. "TERIMA KA

SIH, AKU TERIMA!" "KALAU BEGITU, NANTI SORE AKU DAN KAMU BATAL PUASA DI TAMAN NUKILA" "INSYA ALLAH...." Sungguh ini bukan mimpi! Tapi ini rezeki ramadhan, hehehe...
***
Buka puasa di taman nukila memang praktis, semua menu makanan khas maluku utara ini membuat pengunjung di daerah lain tak kala ingin menjadikanya menu buka puasa. Taman ini berada di tengah keramaian kota ternate. Tepat dipinggiran pantai letaknya. Aneka pemandangan indah dapat disaksikan. Di sebelah kanan taman terdapat mesjid raya, 'Mesjid AL-munawar'. Jika ingin berkunjung dan menikmati buka puasa disini, tak perlu saku celana terisi banyak. Selain jangkauanya yang dekat, juga harga transportasi yang murah menjadikan taman ini tak pernah sunyi dihuni. Aku dan Rosita melihat dan menikmatinya. Ditambah lembar baruku di bulan puasa ini merupakan satu batu loncatan kebahagiaan karena Rosita telah menjadi pemilik hatiku. Kami pun berbuka puasa dengan menu yang beraneka ragam, ditambah menu baru yang terpatri di hati, menu cinta namanya.

Penulis Adalah Mahasiswa Sastra Indonesia Di Universitas
Khairun Ternate Maluku Utara

Share this

Related Posts

Latest
Previous
Next Post »